Enam Cara Mendeteksi Orang Sedang Berbohong

Enam Cara Mendeteksi Orang Sedang Berbohong Semua orang tahu bahwa berbohong bukanlah tindakan terpuji. Pamela Meyer, penulis buku "Liespotting: Proven Techniques to Detect Deception" menyebutkan bahwa kita bisa berbohong 10-200 kali dalam sehari. Celakanya, masih menurut Meyer, hanya sekitar 5 sampai 10 persen saja kebohongan yang bisa terdeteksi.

Pembohong akan melakukan kebohongan sepanjang waktu. Tapi, itu tergantung seberapa terampilnya seseorang dalam berbohong. Terkadang kita sulit menentukan apakah orang itu berbohong atau tidak. Apakah Anda tahu bagaimana mengenali tanda-tanda orang berbohong?

Enam Cara Mendeteksi Orang Sedang Berbohong

Enam Cara Mendeteksi Orang Sedang Berbohong
Enam Cara Mendeteksi Orang Sedang Berbohong


Sebelum dibohongi, sebaiknya kita cermat mendeteksi kapan seseorang berkata jujur atau sedang berbohong. Tidak harus membeli alat pendeteksi kebohongan, Anda hanya perlu mengamati dari gerak gerik dan kebiasaan yang mungkin berubah darinya.

Gregory L. Jantz Ph.D., seorang ahli kesehatan mental, memaparkan enam cara untuk mendeteksi seorang pembohong dengan yang mudah sebagai berikut.

  • Mulailah dengan melemparkan pertanyaan netral


Dengan melemparkan pertanyaan yang mendasar, bukan pertanyaan yang bernada mengancam, kita bisa mengamati respons awalnya. Tanyakan kepada mereka tentang cuaca, rencana akhir pekan atau apapun yang sederhana.

Ketika mereka merespons, amati bahasa tubuh dan gerakan mata. Anda akan bisa mengetahui tingkat mereka saat berbicara jujur. Apakah mereka mengubah pendirian? Apakah mereka memandang sekilas ke satu arah atau arah yang lain? Atau apakah Anda melihat tatapan mata yang mati? Cobalah lemparkan cukup banyak pertanyaan agar polanya teramati.

  • Temukan hotspot


Setelah berpindah dari wilayah netral ke "wilayah bohong" seharusnya Anda bisa mengamati perubahan bahasa tubuh, ekspresi wajah, gerakan mata, dan struktur kalimat.

Semua orang akan menunjukkan tanda tak sadar yang berbeda-beda ketika mengatakan kebohongan. Itulah sebabnya penting untuk mengamati pola normal sebelum memasuki "wilayah bohong".

  • Amati bahasa tubuh


Pembohong sering kali menarik tubuh mereka ke dalam agar membuat diri mereka terasa lebih kecil dan tak mudah dilihat. Banyak orang menjadi menggeliat-geliut dan kadang menutupi tangan mereka yang gelisah secara tidak sadar. Anda juga bisa melihat bahu mereka terangkat.

  • Amati ekspresi wajah mereka


Orang sering menampilkan kebohongan dalam ekspresi wajah mereka. Namun beberapa ekspresi wajah ini sangat halus dan sulit untuk ditangkap.

Beberapa orang akan berubah warna wajah mereka menjadi bersemburat warna merah muda, orang lain akan mengembangkan lubang hidung mereka, menggigit bibir, sedikit berkeringat, atau mata sering berkedip.

Masing-masing perubahan pada bagian wajah ini menandakan meningkatnya aktivitas otak saat kebohongan dimulai.

  • Dengarkan nada, irama dan struktur kalimat


Kadang ketika seseorang sedang berbohong, mereka akan mengubah sedikit nada dan irama kata-kata mereka. Mereka mungkin akan mulai berkata dengan lebih cepat atau lebih lambat, dan dengan nada yang lebih tinggi atau lebih rendah.

Kadang kalimat yang mereka gunakan menjadi lebih rumit seiring kerja otak mereka kelelahan saat berusaha menyamakan dengan kebohongan yang sedang disusun.

  • Amati saat mereka berhenti berbicara tentang diri mereka sendiri


Orang yang sedang berbohong kadang mulai menghapus diri mereka dari cerita, dan mulai mengarahkan untuk fokus ke orang lain. Anda akan mendengar kata "saya" atau "aku" semakin sedikit digunakan. Pembohong berusaha menahan jarak secara psikologis dari kebohongan yang sedang mereka bangun.

Ingat, semua orang mempunyai tanda-tanda yang berbeda ketika mereka sedang berbohong. Jadi, tidak ada satu metode khusus yang bisa menjamin cara mendeteksi kebohongan.

Satu hal terpenting adalah membandingkan tingkah seseorang ketika mereka tidak berbohong dengan gerakan tubuh, ekspresi wajah, gerakan mata dan tanda-tanda verbal yang mereka gunakan saat berbohong.

Related Posts: